Ad image

Jablak, Ikat Kepala Khas Klaten Untuk Pria Dan Wanita

DesaKlaten.com
3 Min Read

Kabupaten Klaten belum memiliki penutup kepala yang menunjukkan kekhasan wilayah di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu.

Dalam berbagai perhelatan, Warga Klaten biasanya mengenakan blangkon jogja atau blangkon solo sesuai dengan pakaian tradisional yang dikenakan. Berawal dari itulah Kristian Apriyanta memiliki ide membuat desain penutup kepala yang menjadi ciri khas Klaten.

“Terus terang awalnya kami hanya berprinsip ATM, amati, tiru, dan modifikasi. Agar berbeda dengan daerah lainnya, kami bikin desain yang fleksibel bisa digunakan dengan paduan pakaian apa saja dan bisa digunakan kapanpun dan siapapun,” urai Apriyanta saat berbincang dengan solopos.com, di Klaten, Rabu (2/10/2019).

Dibantu teman-temannya dari Sanggar Omah Wayang serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dewi Fortuna yang dia dirikan, Apriyanta menciptakan ikat kepala bernama Jablak pada 2016 lalu.

Ikat kepala itu dibuat menggunakan kain batik dan spons. Bentuknya seperti blangkon namun tak ada penutup pada bagian atasnya. Nama Jablak merupakan singkatan dari Jamang Blangkon Klaten.

Saat awal dikenalkan, Jablak ciptaan Apriyanta bersama teman-temannya dari Omah Wayang dan PKBM Dewi Fortuna mendapatkan respons positif. Pesanan berdatangan meski masih sebatas dari komunitas-komunitas.

Para ibu binaan PKBM Dewi Fortuna mulai dilibatkan untuk produksi Jablak. Tempat produksi di Sanggar Omah Wayang dan PKBM Dewi Fortuna, Dukuh Jombor, Desa Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten.

Para emak-emak berbagi tugas dari memotong pola hingga menjahit. Pengembangan terus dilakukan hingga tercipta tiga jenis Jablak yakni Jablak Mondolan (bagian belakang terdapat tonjolan), Jablak Klencer (bagian belakang terdapat juntai kain), serta Jablak Putren (Jablak khusus perempuan dengan bagian belakang terdapat motif bunga).

Apriyanta berharap Jablak kian diminati dari berbagai kalangan terutama kaum milenial. Dia juga berharap Jablak dipatenkan serta menjadi salah satu produk khas Klaten.

“Cita-cita kami semakin banyak warga Klaten yang mengenakan dan memproduksi Jablak. Kami membuat ini semata-mata dipersembahkan untuk Klaten,” jelas dia.

Natalia Titik, 46, menjadi salah satu ibu yang terlibat pada produksi Jablak. Titik menjelaskan Jablak tak hanya dibuat menggunakan kain batik. Ikat kepala itu kini juga dikembangkan dengan kain lurik yang juga menjadi salah satu produk khas Kabupaten Bersinar.

“Untuk harganya bervariasi dari Rp35.000-Rp40.000/Jablak tergantung kain yang digunakan,” jelas dia.

Titik mengatakan Jablak kian dikenal luas. Ikat kepala itu kini menjadi pelengkap yang wajib dikenakan saat guru serta karyawan di salah satu sekolah di Gantiwarno mengenakan seragam lurik. Tak hanya dikenalkan di Klaten, Jablak dikenalkan di luar Pulau Jawa hingga warga luar negeri.

“Belum lama ini ada pesanan dari Kalimantan. Saat pameran di Arab Saudi, kami juga membawa Jablak dan diminati. Begitu pula ketika ada kunjungan orang Korea ke Omah Wayang. Mereka juga membawa oleh-oleh berupa Jablak. Harapan kami Jablak betul-betul diakui menjadi ciri khasnya Klaten,” tutur dia.

Sumber: https://www.solopos.com/inilah-jablak-ikat-kepala-khas-klaten-untuk-pria-dan-wanita-1022617

Share This Article
Follow:
DesaKlaten.com adalah sebuah blog sederhana yang berisi informasi dari berbagai media online yang kami sajikan kembali dengan tujuan untuk mengingatkan kembali akan harmonisasi sebuah desa yang penuh dengan Anugerah Tuhan YME.