TRIBUNTRAVEL.COM – Bicara soal wisata di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tak akan pernah jauh dari wisata umbul alias kolam pemandian yang bersumber mata air. Faktanya, memang demikian. Daerah yang berada di antara Surakarta dan Yogyakarta ini menyimpan potensi wisata tirta yang begitu banyak dan tersebar di beberapa kecamatan.
Satu yang paling dikenal awam adalah Umbul Ponggok, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten. Namun, ada satu lagi umbul yang tak kalah moncer di kalangan warga Klaten dan kini mulai naik daun di media sosial.
Adalah Umbul Pluneng, yang berada di Dukuh Miren, Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten. Umbul Pluneng menjadi destinasi wisata mata air masyarakat yang tinggal di bagian selatan dan barat wilayah Klaten.
Sebut saja Klaten Selatan, Prambanan, Karangnongko, Manisrenggo, Gantiwarno, hingga tak sedikit yang datang dari luar Kabupaten Klaten. Untung, seorang terapis di Umbul Pluneng mengatakan, pada hari biasa, pengunjung yang datang ke Umbul Pluneng mencapai 300-an orang per hari. Sementara pada akhir pekan, jumlah ini bisa meningkat tiga kali lipat.
“Kalau akhir pekan, seperti sekarang ini, pengunjung bisa sampai 1.000-an,” kata Untung saat ditemui TribunTravel.com, Minggu (28/10/2018). Untung menjelaskan, keberadaan Umbul Pluneng sebagai mata air alami sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan masih terpelihara hingga kini.
Namun bila dibandingkan dengan zaman dulu, tentu saja kondisi sekarang sudah sangat jauh berbeda. Hal ini terlihat dari bangunan yang mengelilingi kawasan Umbul Pluneng sekaligus jadi pemisah antara umbul dengan kompleks persawahan. “Tahun 1970-an, mulai dibangun dinding pembatas antara umbul dengan sawah di sekitarnya,” ujar dia.
Sebenarnya, Umbul Pluneng terbagi menjadi dua bagian, yaitu Umbul Tirto Mulyono (Umbul Lanang/Lelaki, red) dan Umbul Tirto Mulyani (Umbul Wedok/Perempuan, red). Kedua umbul ini berjarak sekitar 100 meter dan hanya dipisahkan oleh jalan desa.
Sesuai sebutannya, dulu, Umbul Tirto Mulyono yang berukuran lebih besar diperuntukkan bagi pengunjung lelaki yang ingin mandi atau sekadar menyegarkan diri. Sementara Umbul Tirto Mulyani untuk pengunjung perempuan.
“Namun sekarang sama saja, siapa saja boleh masuk. Bedanya, ukuran kolam Umbul Mulyani lebih kecil dan tidak terlalu dalam,” ujar dia. Apalagi kini di Umbul Tirto Mulyono sudah dibangun tiga kolam dengan luas dan kedalaman yang berbeda-beda. Kolam utama di Umbul Tirto Mulyono berukuran 50×10,5 meter dengan kedalaman 2 meter.
Juga terdapat kolam anak-anak dengan kedalaman 75 cm dan ukuran 6×8,5 meter. “Kalau di Umbul Tirto Mulyani, kedalamannya 120 cm dan panjangnya 20×15 meter,” kata Untung. Asal-usul nama Pluneng pun bisa dibilang unik.
Pluneng berasal dari singkatan Plung (nyemplung) yaitu masuk dalam air dan Neng (seneng) yang berarti senang, bahagia. Bila dipadankan menjadi nyemplung seneng yang bermakna siapa saja yang mandi di umbul ini akan senang dan bahagia. Untung mengungkapkan, sejak dulu, Umbul Pluneng sudah jadi tujuan wisata air. Namun, baru pada 2015, jumlah pengunjung Umbul Pluneng mengalami peningkatan yang signifikan.
Untung tak menyangkal, semakin ramainya wisatawan yang menyambangi Umbul Pluneng lantaran pengaruh media sosial.
Baik warga sekitar maupun pengunjung ramai-ramai membagikan potret keindahan, keasrian, dan jernihnya Umbul Pluneng di media sosial, terutama di Facebook dan Instagram. Tak hanya sebagai wahana refreshing atau hiburan, Untung berpromosi, Umbul Pluneng juga sangat cocok untuk latihan renang. “Umbul Pluneng sering jadi tempat latihan atlet renang, baik sekadar menjaga kebugaran maupun persiapan untuk kejuaraan,” ujar Untung.
Termasuk latihan bagi para tentara yang akan menjalani ujian kenaikan pangkat. Yang lebih istimewanya lagi, Umbul Pluneng juga menjadi tempat untuk terapi penyembuhan berbagai penyakit. Sebut saja stroke, jantung, diabetes, saraf kejepit, diabetes, pegal-pegal, dan penyakit lainnya.
“Oleh karenanya, cuma di sini, kolam pemandian yang memiliki jasa terapis seperti saya. Ya, untuk membantu, mendampingi pengunjung yang ingin terapi di Umbul Pluneng,” lanjut Untung. Kelebihan lain yang dimiliki Umbul Pluneng adalah kualitas air yang sangat baik, jernih, serta menyegarkan karena bersumber mata air alami dan terus mengalir. Air di Umbul Pluneng juga memiliki kadar pH 7 dan TDS 100 sehingga masuk kategori air sehat bahkan layak minum tanpa dimasak sekali pun. Fasilitas penunjang wisata di Umbul Pluneng pun tergolong lengkap.
Warung makan, musala, toilet, kamar ganti yang representatif, tempat penitipan barang atau loker, serta area parkir yang luas. Fasilitas lainnya adalah penyewaan ban atau pelampung bagi pengunjung yang tidak bisa berenang.
Tambahan pula ada tim SAR di sini yang akan mengawasi serta penolong pertama bila terjadi kecelakaan pada pengunjung. Fasilitas lain yang hanya ada di Umbul Pluneng adalah tempat untuk membuang ludah yang berada di sekeliling kolam. “Untuk menjaga kemurnian dan kejernihan air, kami melarang pengunjung meludah di area kolam, sehingga kami sediakan tempat tersendiri, semacam selokan untuk membuang ludah dengan air mengalir,” kata Untung.
Di Umbul Pluneng juga terdapat spot menarik bagi pengunjung yang ingin berfoto, yaitu dinding bergambar yang mengelilingi area kolam. Harga tiket masuk (HTM) Umbul Pluneng tergolong cukup terjangkau, yaitu Rp 5 ribu serta tarif parkir motor Rp 2 ribu dan mobil Rp 5 ribu. Umbul Pluneng buka setiap hari mulai pukul 04.00 hingga 18.00 WIB.
Waktu terbaik untuk datang ke Umbul Pluneng adalah pagi hari atau sore setelah pukul 15.00 WIB lantaran dapat merasakan langsung segarnya air. Tambahan pula, belum banyak pengunjung sehingga rasanya seperti menikmati kolam pribadi. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Umbul Pluneng, Wisata Air di Klaten yang Tawarkan Kejernihan Air dan Segarnya Mata Air Alami, http://www.tribunnews.com/section/2018/11/08/umbul-pluneng-wisata-air-di-klaten-yang-tawarkan-kejernihan-air-dan-segarnya-mata-air-alami.
Penulis: sri juliati
Editor: Daryono