Taman Kehati Aqua Klaten
Pohon rindang menjulang tinggi menyambut setiap pengunjung dari balik pintu berukuran 3 x 2,5 meter.
Setelah berjalan 100 meter masuk ke dalam, suara-suara burung dari alam akan terdengar saling bersahutan, menambah suasana semakin teduh.
Di sudut lainnya, kupu-kupu juga beterbangan, hinggap dari satu tanaman ke tanaman yang lain untuk menghisap nektar kesukaannya.
Sementara di bawah jembatan yang panjangnya sekira 25 meter, beberapa beberapa orang tengah asyik menceburkan dirinya ke sungai yang airnya mengalir sebening kaca.
Begitulah gambaran suasana yang akan didapati pengunjung ketika menginjakkan kakinya di Taman Keanekaragaman Hayati atau Taman Kehati Aqua Klaten.
Taman ini terletak di Desa Wangen – Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, tepatnya 1,5 km sebelah barat PT Tirta Investama (Danone AQUA Group) Klaten.
Di area seluas 4,6 hektar inilah, tumbuh ratusan jenis pohon yang jumlahnya mencapai ribuan.
“Taman kehati adalah kawasan perlindungan untuk flora dan fauna yang mempunyai fungsi konservasi in-situ dan ex-situ.”
“In-situ itu usaha pelestarian alam yang dilakukan dalam habitat aslinya, sedangkan ex-situ dilakukan di luar habitat aslinya. Nah, yang kita lakukan disini ada yang ex-situ dan ada pula yang in-situ,” tutur Nanda selaku Project Manager Taman Kehati AQUA Klaten saat ditemui Tribunnews, Senin (20/11/2023).
Taman Kehati Aqua Klaten ini menjadi wujud dari upaya perlindungan keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh Pabrik Danone Aqua Klaten.
Taman ini berdiri di lahan milik PT Tirta Investama – Pabrik Aqua Klaten, dibangun sejak 2009 silam.
Taman Kehati terletak di Desa Wangen – Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, tepatnya 1,5 km sebelah barat PT Tirta Investama – Pabrik Aqua Klaten. Taman Kehati Aqua Klaten ini menjadi wujud dari upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Pabrik Danone Aqua Klaten.
Tak hanya melestarikan, Taman Kehati juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat yang ingin mempelajari berbagai jenis vegetasi
Per 2022 lalu, ada 132 jenis pohon yang di tanam di Taman Kehati Aqua Klaten. Adapun total pohonnya mencapai 1.423 pohon.
“Ini jumlah per tahun lalu. Setiap tahun akan kita hitung keragamannya. Jumlah pohon dan spesiesnya akan kita tambah terus dari tahun ke tahun,” terang pria bernama lengkap Nanda Satya Nugraha itu.
Uniknya, setiap pohon yang berada di Taman Kehati Aqua Klaten ini dilengkapi dengan KTP Pohon.
Setiap pohon ditandani dengan sebuah barcode yang disematkan melalui tutup galon bekas yang kemudian diikatkan pada pohon tersebut.
Ketika di-scan barcodenya melalui smartphone, nantinya akan keluar informasi dari detail mengenai pohon tersebut.
KTP Pohon di Taman Kehati Klaten 2
Setiap pohon di Taman Kehati Aqua Klaten ditandani dengan sebuah barcode yang disematkan melalui tutup galon bekas dan kemudian ikatkan pada pohon tersebut.
Salah satu pohon langka yang turut tumbuh di Taman Kehati Aqua Klaten yakni pohon Timoho.
Tak salah. Namanya adalah Pohon Timoho, seperti nama sebuah jalan di Kota Yogyakarta.
Pohon Timoho ini memiliki nilai konservasi tinggi serta nilai histori cukup baik, khusunya bagi masyarakat Jawa.
“Masyarakat Jawa biasanya menggunakan pohon Timoho ini sebagai bahan pembuat sarung keris. Kita cukup bangga pohon Timoho ini bisa ditanam di Taman Kehati Aqua Klaten,” ujar Nanda yang juga merupakan Dosen Fakultas Kehutanan di sebuah Universitas di Yogyakarta ini.
Pohon lainnya yang juga ditanam di antaranya adalah pohon Trembesi, Sengon, Nyamplung, Saputangan, serta ada tanaman herbal juga.
Ada pula tanaman khas dari kerajaan Jawa seperti Kantil, Kenangan, Klerak, dan lainnya, di mana koleksi ini dilatar belakangi oleh mulai langkanya pohon-pohon khas dari kerajaan jawa.
Di taman ini juga terdapat 23 spesies anggrek, di antaranya Vanda Tricolor yang merupakan bunga eksotis di sekitar Gunung Merapi.
“Vanda Tricolor merupakan bunga endemik yang berada di kawasan taman nasional Gunung Merapi. Tapi karena ada erupsi Gunung Merapi dia mulai hilang. Kita koleksi di sini dan dikembangbiakkan, pada akhirnya nanti kita akan mengembalikan ke habitatnya yang ada di alam,” jelas Nanda.
Pohon Timoho di Taman Kehati Aqua Klaten
Salah satu pohon langka yang turut tumbuh di Taman Kehati Aqua Klaten yakni pohon Timoho.
Taman Kehati Aqua Klaten sebagai Living Library
Konsep Living Library menjadi salah satu bagian di dalam tata kelola Taman Kehati Aqua Klaten, dimana kawasan ini juga digunakan sebagai media pembelalajaran, lokasi peneltian dan keilmuan, serta pemberdayaan bagi masyarakat setempat.
Taman Kehati Aqua Klaten berada di kawasan tengah dalam ekosistem riparian Sub-Daerah Aliran (DAS) Pusur, yang merupakan anak sungai Bengawan Solo.
Sungai Pusur berhulu di wilayah Desa Mriyan Musuk dan bermuara di Desa Boto Kecamatan Wonosari sampai dengan Desa Serenan Kecamatan Juwiring, Klaten, dengan panjang hulu ke hilir mencapai 36,8 km.
Karena lokasinya di bagian tengah-tengah inilah, Taman Kehati juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan di Sub-Daerah Aliran Sungai Pusur.
Di sekitar Taman kehati, saat ini mulai banyak wisata rivertubing. Tumbuhnya wisata river tubing ini juga tak lepas dari peran Aqua Klaten dalam mendorong perekonomian masyarakat sekitar, khususnya di sepanjang aliran Sungai Pusur.
Melalui inisiatif pemanfaatan sungai ini, masyarakat juga turut diajak untuk melestarikan dan merawat sungai.
“Taman Kehati dilalui oleh Sungai Pusur. Banyak objek pembelajaran di dalamnya, bagaimana menjaga sungai, memelihari sungai, apa yang perlu kita lakukan terhadap sungai agar sungai itu tetap lestari.”
“Sungai ini banyak sekali manfaat dan penerima manfaatnya. Ini salah satu komitmen dari Aqua sendiri untuk mengalirkan kebaikan. Kebaikan untuk pelestarian sumber daya alam, kebaikan untuk peningkatan taraf ekonomi, kebaikan untuk hidup menjadi lebih baik,” terang Nanda.
Taman Kehati Aqua Klaten juga menjadi pusat penyebaran edukasi dan pelatihan, dan sebagai pendidikan untuk mengetahui bagaimana memantau kualitas sungai.
Metode yang dilakukan yakni menggunakan Biotilik, yakni metode pemantauan kesehatan sungai dengan menggunakan indikator makro invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) seperti bentos, capung, udang, siput, dan cacing.
Nanda menjelaskan, Biotilik merupakan metode yang mudah dan murah untuk digunakan karena hanya memerlukan pengambilan sampel biota di dasar, tepian sungai atau yang menempel di bebatuan atau substrat.
Biota yang ditemukan tinggal dicocokkan dengan biota yang tertera dalam gambar panduan yang terdapat di dalam modul.
“Hasil pemantauan Biotilik dapat memberikan petunjuk adanya gangguan lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat dirumuskan upaya penanggulangan yang dibutuhkan.”
“Bukan analisis yang rumit, nanti tinggal dihitung ketemu nilainya berapa, apakah tercemar, tercemar sedang atau tidak tercemar.”
“Berbagai mahasiswa juga melakukan pembelajaran Biotilik disini. Setelah kita training mereka melakukan kajian ekplorasi dari hulu sampai hilir, atau di sungai di wilayah lain,” ujar Nanda.
Adapun di aliran Sungai Pusur yang melintasi Taman Kehati ini, setiap dua kali dalam setahun, yakni saat memasuki musim kemarau dan musim penghujan, juga dilakukan pengecekan kesehatan sungai melalui motode Biotilik ini.
“Ini sebagai upaya mitigasi dan preventif kita agar jangan sampai ada keterlanjuran. Jangan sampai terlanjur tercemar berat kita baru sibuk, kita mengantisipasi jangan sampai tercemar.”
“Sehingga kita melalui masyarakat dan komunitas di sini bisa menjadi satu gerakan, apa yang bisa kita lakukan dan kampanyekan agar sungai ini tetap sehat, karena ketika sungainya tidak sehat akan berdampak pada banyak komunitas.”
“Disini kan banyak wisata river tubing, jika tercemar tentu akan menjadi dampak negatif dan objek wisata akan terkena dampaknya.”
“Kalau untuk pertanian, air itu kan akan masuk ke lahan sawah kan menjadi cemaran, kalau perikanan kan bisa juga menjadi teler. Nah ini salah satu langkah preventif untuk memitigasi agar pencemaran tak berlanjut,” jelas Nanda.
Adanya Taman Kehati ini sejalan dengan penerapan kebijakan Blue Operations di Pabrik Danone AQUA di Klaten, Jawa Tengah (Jateng).
Prinsip Blue Operations ini berfokus pada lima area, yaitu #BijakBerplastik, Efisiensi Air, Efisiensi Energi, edukasi keberlanjutan pada karyawan (Blue In), dan edukasi keberlanjutan pada masyarakat sekitar (Blue Out).
Menurut Direktur Sustainability Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo, penerapan prinsip Blue Operations di pabrik Danone AQUA Klaten tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan operasional perusahaan yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan memberikan dampak sosial yang positif secara luas.
“Hal ini sejalan dengan strategi keberlanjutan perusahaan melalui Danone Impact Journey yang berfokus pada tiga pilar utama, yaitu kesehatan, lingkungan, serta masyarakat dan komunitas dalam menjalankan berbagai upaya keberlanjutan di manapun kami beroperasi, termasuk di Klaten, Jateng,” ujar Karyanto, dikutip dari keterangan persnya.
Dikatakannya, Taman Kehati Aqua Klaten berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur yang merupakan anak sungai Bengawan Solo di Klaten, Jateng.
Lalu, lewat wisata berbasis sungai, diharapkan juga menjadi alat kendali untuk menjaga kebersihan sungai dari sampah dan turut mendorong perekonomian masyarakat, khususnya di sepanjang aliran Sungai Pusur.
“Danone Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan kesehatan melalui produk yang berkualitas, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan. Melalui semangat kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan ini, diharapkan berbagai inisiatif tersebut dapat menjaga kelestarian sumber daya air (SDA) di Klaten agar kemurnian dan kualitasnya selalu terjaga,” tutup Karyanto.
Sumber:https://www.tribunnews.com